LISTRIK DINAMIS
Listrik
Dinamis
adalah listrik yang dapat bergerak. cara mengukur kuat arus pada listrik
dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah
coulumb dan satuan waktu adalah detik. kuat arus pada rangkaian bercabang sama
dengan kuata arus yang masuk sama dengan kuat arus yang keluar. sedangkan pada
rangkaian seri kuat arus tetap sama disetiap ujung-ujung hambatan. Sebaliknya
tegangan berbeda pada hambatan. pada rangkaian seri tegangan sangat tergantung
pada hambatan, tetapi pada rangkaian bercabang tegangan tidak berpengaruh pada
hambatan. semua itu telah dikemukakan oleh hukum kirchoff yang berbunyi
"jumlah kuat arus listrik yang masuk sama dengan jumlah kuat arus listrik
yang keluar". berdasarkan hukum ohm dapat disimpulkan cara mengukur
tegangan listrik adalah kuat arus × hambatan. Hambatan nilainya selalu sama
karena tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan memiliki satuan volt(V)
dan kuat arus adalah ampere (A) serta hambatan adalah ohm.
Hukum Ohm
Aliran arus listrik dalam suatu
rangkaian tidak berakhir pada alat listrik. tetapi melingkar kernbali ke sumber
arus. Pada dasarnya alat listrik bersifat menghambat alus listrik. Hubungan
antara arus listrik, tegangan, dan hambatan dapat diibaratkan seperti air yang
mengalir pada suatu saluran. Orang yang pertama kali meneliti hubungan antara
arus listrik, tegangan. dan hambatan adalah Georg Simon Ohm (1787-1854)
seorang ahli fisika Jerman. Hubungan tersebut lebih dikenal dengan sebutan
hukum Ohm.
Setiap arus yang mengalir melalui suatu penghantar selalu mengalami hambatan. Jika hambatan listrik dilambangkan dengan R. beda potensial V, dan kuat arus I, hubungan antara R, V, dan I secara matematis dapat ditulis:
Setiap arus yang mengalir melalui suatu penghantar selalu mengalami hambatan. Jika hambatan listrik dilambangkan dengan R. beda potensial V, dan kuat arus I, hubungan antara R, V, dan I secara matematis dapat ditulis:
Sebuah penghantar dikatakan mempunyai
nilai hambatan 1 Ω jika tegangan 1 V di antara kedua ujungnya mampu mengalirkan
arus listrik sebesar 1 A melalui konduktor itu. Data-data percobaan hukum Ohm
dapat ditampilkan dalam bentuk grafik seperti gambar di samping. Pada pelajaran
Matematika telah diketahui bahwa kemiringan garis merupakan hasil bagi
nilai-nilai pada sumbu vertikal (ordinat) oleh nilai-nilai yang bersesuaian
pada sumbu horizontal (absis). Berdasarkan grafik, kemiringan garis adalah α =
V/T Kemiringan ini tidak lain adalah nilai hambatan (R). Makin besar kemiringan
berarti hambatan (R) makin besar. Artinya, jika ada suatu bahan dengan
kemiringan grafik besar. bahan tersebut makin sulit dilewati arus listrik.
Komponen yang khusus dibuat untuk menghambat arus listrik disebut resistor
(pengharnbat). Sebuah resistor dapat dibuat agar mempunyai nilai hambatan
tertentu. Jika dipasang pada rangkaian sederhana, resistor berfungsi untuk
mengurangi kuat arus. Namun, jika dipasang pada rangkaian yang
rumit, seperti radio, televisi, dan komputer, resistor dapat berfungsi sebagai pengatur kuat arus. Dengan demikian, komponen-komponen dalam rangkaian itu dapat berfungsi dengan baik. Resistor sederhana dapat dibuat dari bahan nikrom (campuran antara nikel, besi. krom, dan karbon). Selain itu, resistor juga dapat dibuat dari bahan karbon. Nilai hambatan suatu resistor dapat diukur secara langsung dengan ohmmeter. Biasanya, ohmmeter dipasang hersama-sama dengan amperemeter dan voltmeter dalam satu perangkat yang disebut multimeter. Selain dengan ohmmeter, nilai hambatan resistor dapat diukur secara tidak langsung dengan metode amperemeter voltmeter.
rumit, seperti radio, televisi, dan komputer, resistor dapat berfungsi sebagai pengatur kuat arus. Dengan demikian, komponen-komponen dalam rangkaian itu dapat berfungsi dengan baik. Resistor sederhana dapat dibuat dari bahan nikrom (campuran antara nikel, besi. krom, dan karbon). Selain itu, resistor juga dapat dibuat dari bahan karbon. Nilai hambatan suatu resistor dapat diukur secara langsung dengan ohmmeter. Biasanya, ohmmeter dipasang hersama-sama dengan amperemeter dan voltmeter dalam satu perangkat yang disebut multimeter. Selain dengan ohmmeter, nilai hambatan resistor dapat diukur secara tidak langsung dengan metode amperemeter voltmeter.
Berdasarkan percobaan di atas. dapat
disimpulkan bahwa besar hambatan suatu kawat penghantar 1. Sebanding dengan panjang
kawat penghantar. artinya makin panjang penghantar, makin besar hambatannya, 2.
Bergantung pada jenis bahan kawat (sebanding dengan hambatan jenis kawat), dan
3. berbanding terbalik dengan luas penampang kawat, artinya makin kecil luas
penampang, makin besar hambatannya. Jika panjang kawat dilambangkan ℓ, hambatan
jenis ρ, dan luas penampang kawat A. Secara matematis, besar hambatan kawat
dapat ditulis :
Nilai hambatan suatu penghantar tidak
bergantung pada beda potensialnya. Beda potensial hanya dapat mengubah kuat
arus yang melalui penghantar itu. Jika penghantar yang dilalui sangat panjang,
kuat arusnya akan berkurang. Hal itu terjadi karena diperlukan energi yang
sangat besar untuk mengalirkan arus listrik pada penghantar panjang. Keadaan seperti
itu dikatakan tegangan listrik turun. Makin panjang penghantar, makin besar
pula penurunan tegangan listrik.
Arus listrik yang melalui suatu
penghantar dapat kita pandang sebagai aliran air sungai. Jika sungai tidak
bercabang, jumlah air di setiap tempat pada sungai tersebut sama. Demikian
halnya dengan arus listrik.
Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu
titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik
percabangan tersebut. Pernyataan itu sering dikenal sebagai hukum I Kirchhoff
karena dikemukakan pertama kali oleh Kirchhoff.
Maka diperoleh persamaan :
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
I masuk = I keluar
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
I masuk = I keluar
- Rangkaian Seri
Berdasarkan hukum Ohm: V = IR, pada
hambatan R1 terdapat teganganV1 =IR1 dan pada
hambatan R2 terdapat tegangan V2 = IR 2.
Karena arus listrik mengalir melalui hambatan R1 dan hambatan R2,
tegangan totalnya adalah VAC = IR1 + IR2.
Mengingat VAC merupakan tegangan total dan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian seperti di atas (rangkaian tak bercabang) di setiap titik sama maka
VAC = IR1 + IR2
I R1 = I(R1 + R2)
R1 = R1 + R2 ; R1 = hambatan total
Rangkaian seperti di atas disebut rangkaian seri. Selanjutnya, R1 ditulis Rs (R seri) sehingga Rs = R1 + R2 +...+Rn, dengan n = jumlah resistor. Jadi, jika beberapa buah hambatan dirangkai secara seri, nilai hambatannya bertambah besar. Akibatnya, kuat arus yang mengalir makin kecil. Hal inilah yang menyebabkan nyala lampu menjadi kurang terang (agak redup) jika dirangkai secara seri. Makin banyak lampu yang dirangkai secara seri, nyalanya makin redup. Jika satu lampu mati (putus), lampu yang lain padam.
Mengingat VAC merupakan tegangan total dan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian seperti di atas (rangkaian tak bercabang) di setiap titik sama maka
VAC = IR1 + IR2
I R1 = I(R1 + R2)
R1 = R1 + R2 ; R1 = hambatan total
Rangkaian seperti di atas disebut rangkaian seri. Selanjutnya, R1 ditulis Rs (R seri) sehingga Rs = R1 + R2 +...+Rn, dengan n = jumlah resistor. Jadi, jika beberapa buah hambatan dirangkai secara seri, nilai hambatannya bertambah besar. Akibatnya, kuat arus yang mengalir makin kecil. Hal inilah yang menyebabkan nyala lampu menjadi kurang terang (agak redup) jika dirangkai secara seri. Makin banyak lampu yang dirangkai secara seri, nyalanya makin redup. Jika satu lampu mati (putus), lampu yang lain padam.
- Rangakaian Paralel
Mengingat hukum Ohm: I = V/R dan I = I1+
I2, maka
Pada rangkaian seperti di atas
(rangkaian bercabang), V AB =V1 = V2 = V.
Dengan demikian, diperoleh persamaan
Rangkaian yang menghasilkan persamaan
seperti di atas disebut rangkaian paralel. Oleh karena itu, selanjutnya Rt
ditulis Rp (Rp = R paralel). Dengan demikian,
diperoleh persamaan
Berdasarkan
persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangkaian paralel, nilai
hambatan total (Rp) lebih kecil dari pada nilai masing-masing
hambatan penyusunnya (R1 dan R2). Oleh karena itu,
beberapa lampu yang disusun secara paralel sama terangnya dengan lampu pada
intensitas normal (tidak mengalami penurunan). Jika salah satu lampu mati
(putus), lampu yang lain tetap menyala.
Lampu menyala karena ada
arus listrik.
Apa
arus listrik itu?
Arus
listrik (modern):
|
|
||||||||||||||
Aliran elektron dari titik yang potensialnya rendah (jumlah elektronnya lebih banyak)
ke titik yang potensialnya tinggi (jumlah
elektronnya lebih sedikit)
Arus
Listrik (Konvensional)
Arus
listrik adalah aliran muatan positif dari potensial
tinggi ke potensial rendah.Sampai
sekarang arah arus listrik yang dipakai adalah arus konvensional
Kuat
arus listrik
Mengukur Kuat arus listrik
Kuat
arus listrik diukur dengan ampermeter
yang disusun secara seri terhadap rangkaian.
Ampermeter tidak boleh dihubungkan langsung
dengan sumber tegangan (baterai) karena akan menyebabkan kerusakan pada
ampermeter.
Membaca skala ampermeter =
(Skala ditunjuk/Skala max) x Arus maximal
Berapa
kuat arus yang melalui hambatan 10 dan 20 Berapa beda potensial pada
hambatan 10 dan 20 ?
R
total = R1 + R2
=
20 + 10
=
30
I
pada tiap hambatan sama besar yaitu I total:
Beda
potensial pada tiap hambatan berlaku V = V1 + V2
V1
= I . R1
= 0,3 A . 10
= 3 V
V2 = I . R2
= 0,3 A . 20
=
6 V
|
||||||
|
||||||
|
V=V1=V2
I = I1 + I2
Tentukan :
- Kuat arus total yang melalui rangkaian
- Kuat arus pada tiap hambatan
Rtot = 4
|
GGL
dan Tegangan Jepit
GGL (E) Tegangan
jepit (V)
|
|||
|
|||
|
|
|
|
|
GGl = Gaya gerak Listrik è Tegangan ujung-ujung sumber pada saat tidak
mengalirkan arus listrik.
Tegngan Jepit è Tegangan ujung-ujung sumber pada saat mengalirkan
arus listrik. Tegangan jepit sumber sama dengan tegangan jepit hambatan.
GGL selalu lebih besar dari
tegangan jepitnya.
Seharusnya Tetapi ternyata
arus hanya 1 A
I = I
=
I = 1 A =
I = 1,2 A R = 6
Berarti R
= 5 ohm + 1 ohm
1 ohm adalah hambatan dalam
baterai.
Sehingga
Perbedaan nilai GGL dan tegangan
jepit disebabkan adanya hambatan yang terdapat di dalam baterai yang disebut hambatan
dalam.
0 komentar:
Posting Komentar